Bukhori P.Mat P2TK
Refleksi Pembelajaran Filsafat Ilmu Pertemuan ke-3 (Juma't,
26 September 2014)
Dosen Perkuliahan Prof. Marsigit
Mempelajari
Beberapa Istilah Filsafat
Memahami istilah-istilah filsafat itu perlu pemahaman yang kritis
dan mendalam. Jika kita membaca sebuah novel biasanya sekali baca saja pasti
sudah bisa memahami isinya, tetapi untuk memahami bacaan tentang filsafat itu
perlu mengulang beberapa kali hingga akhirnya bisa dipahami. Hal tersebut
terjadi karena bahasa filsafat itu boleh dikatakan salah satu bentuk sastra
tingkat tinggi yang di dalamnya sarat makna kias, contohnya dalam bacaan elegi-elegi
yang ditulis dalam blognya Prof. Marsigit.
Contoh istilah-istilah filsafat tersebut, diantaranya: Saling asing (beda ruang dan
waktu), berjanji (fondalisme), jatuh (aksiden), bersembunyi (metafisik), aku
(potensi/energi), air (adil), bumi (sabar), langit (ilmu), gunung (filsuf),
sinar (kebenaran), kendaraan (pekerjaan), rumah (dunia), pohon (hidup), jauh (teleologi),
cepat (revolusi), lambat (evolusi), bertengkar (sintesis), di luar
(trensenden), yang murni (Puritanism), yang pasti (absolutism), dan lain-lain.
Semua yang ada dan yang mungkin ada punya filsafatnya
masing-masing, Semua masalah bisa diselesaikan(tesis), mungkin yang
menyelsesaikan bisa saja berada dalam dimensi yang lain. Contohnya Tuhan bisa
menyelesaikan masalah. Masalahku meliputi yang ada dan yang mungkn ada, itulah
kontradiksi. Kontradiksi itu identitas. Identitas itu adalah aku sama dengan aku,
dan itu ada dalam pengandaian atau akhirat. Secara fisafat Tuhan itu potensi absolut,
tiada bandingannya. Sedangkan setan potensi negatif. Setiap manusia mempunya
potensi yaitu potensi positif dan potensi negatif, Potensi positif yang kelak
akan mengantarkan ke surga dan potensi negatif yang akan mengantarkan ke neraka.
Potensi identik dengan ikhtiar, urusan dunia. Takdir itu mengikuti ikhtiarnya. Takdir
itu bahasa analognya vatal.
Plato itu seorang filsuf yang menggunakan metode dialektiksisme,
yaitu yang mencari kebenaran dengan metode bertanya, dan ia pun tidak mendapati
jawaban apapun. Sehingga sampailah pada kesimpulan “sebenar-benar diriku tidak
dapat mengetahui apapun”. Karena ikhlas orang-orang yang mengaku tidak
mengetahui apapun sebenarnya dia mengetahui banyak hal, begitupun orang yang
mengaku mengetahui banyak padahal dia hanya mengetahui sedikit.
Sehebat-hebatnya filsafat kita, janganlah coba-coba untuk
mereduksi atau mengurangi makna, apalagi sengaja dengan niat untuk melemahkan
kita, tapi gunakanlah filsafat untuk mendukung spiritual kita. Dalam filsafat
yang dipahami orang tertentu, mereka menyadari segala yang ada dan yang mungkin
ada memiliki tuhannya masing-masing, itulah salah satu yang diyakini orang
jepang. Filsafat dan agama memiliki sebuah irisan, yaitu keduanya sama-sama mencari
kebenaran. Filsafat bertumpu dengan menggunakan pikiran sedangkan agama
bertumpu pada wahyu dan keyakinan. Dan agama yang paling rasional adalah agama
islam, karena dalam praktek syar’iahnya islam tidak pernah menyuruh manusia
meninggalkan logika dan kebenaran-kebenaran yang ada dalam Al-Qur’an sesuai
dengan pembuktian para ilmuan dunia. Selain itu islam tidak suka keyakinan yang
taklid, atau keyakinan yang tidak disertai dengan kemampuan memahami ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar