Kamis, 02 Oktober 2014

Memahami Beberapa Istilah Filsafat

Bukhori P.Mat P2TK

Refleksi Pembelajaran Filsafat Ilmu Pertemuan ke-3 (Juma't, 26 September 2014)
Dosen Perkuliahan Prof. Marsigit


Mempelajari Beberapa Istilah Filsafat

Memahami istilah-istilah filsafat itu perlu pemahaman yang kritis dan mendalam. Jika kita membaca sebuah novel biasanya sekali baca saja pasti sudah bisa memahami isinya, tetapi untuk memahami bacaan tentang filsafat itu perlu mengulang beberapa kali hingga akhirnya bisa dipahami. Hal tersebut terjadi karena bahasa filsafat itu boleh dikatakan salah satu bentuk sastra tingkat tinggi yang di dalamnya sarat makna kias, contohnya dalam bacaan elegi-elegi yang ditulis dalam blognya Prof. Marsigit.


Contoh istilah-istilah filsafat tersebut, diantaranya: Saling asing (beda ruang dan waktu), berjanji (fondalisme), jatuh (aksiden), bersembunyi (metafisik), aku (potensi/energi), air (adil), bumi (sabar), langit (ilmu), gunung (filsuf), sinar (kebenaran), kendaraan (pekerjaan), rumah (dunia), pohon (hidup), jauh (teleologi), cepat (revolusi), lambat (evolusi), bertengkar (sintesis), di luar (trensenden), yang murni (Puritanism), yang pasti (absolutism), dan lain-lain.

Semua yang ada dan yang mungkin ada punya filsafatnya masing-masing, Semua masalah bisa diselesaikan(tesis), mungkin yang menyelsesaikan bisa saja berada dalam dimensi yang lain. Contohnya Tuhan bisa menyelesaikan masalah. Masalahku meliputi yang ada dan yang mungkn ada, itulah kontradiksi. Kontradiksi itu identitas. Identitas itu adalah aku sama dengan aku, dan itu ada dalam pengandaian atau akhirat. Secara fisafat Tuhan itu potensi absolut, tiada bandingannya. Sedangkan setan potensi negatif. Setiap manusia mempunya potensi yaitu potensi positif dan potensi negatif, Potensi positif yang kelak akan mengantarkan ke surga dan potensi negatif yang akan mengantarkan ke neraka. Potensi identik dengan ikhtiar, urusan dunia. Takdir itu mengikuti ikhtiarnya. Takdir itu bahasa analognya vatal.

Plato itu seorang filsuf yang menggunakan metode dialektiksisme, yaitu yang mencari kebenaran dengan metode bertanya, dan ia pun tidak mendapati jawaban apapun. Sehingga sampailah pada kesimpulan “sebenar-benar diriku tidak dapat mengetahui apapun”. Karena ikhlas orang-orang yang mengaku tidak mengetahui apapun sebenarnya dia mengetahui banyak hal, begitupun orang yang mengaku mengetahui banyak padahal dia hanya mengetahui sedikit.


Sehebat-hebatnya filsafat kita, janganlah coba-coba untuk mereduksi atau mengurangi makna, apalagi sengaja dengan niat untuk melemahkan kita, tapi gunakanlah filsafat untuk mendukung spiritual kita. Dalam filsafat yang dipahami orang tertentu, mereka menyadari segala yang ada dan yang mungkin ada memiliki tuhannya masing-masing, itulah salah satu yang diyakini orang jepang. Filsafat dan agama memiliki sebuah irisan, yaitu keduanya sama-sama mencari kebenaran. Filsafat bertumpu dengan menggunakan pikiran sedangkan agama bertumpu pada wahyu dan keyakinan. Dan agama yang paling rasional adalah agama islam, karena dalam praktek syar’iahnya islam tidak pernah menyuruh manusia meninggalkan logika dan kebenaran-kebenaran yang ada dalam Al-Qur’an sesuai dengan pembuktian para ilmuan dunia. Selain itu islam tidak suka keyakinan yang taklid, atau keyakinan yang tidak disertai dengan kemampuan memahami ilmunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar